Kota Semarang (Humas) – Suasana apel rutin di halaman Kantor Kementerian Agama Kota Semarang pada Senin (25/8/2025) terasa berbeda dari biasanya. Keseriusan apel mendadak mencair ketika Kasubbag TU, Dony Aldise Harahap, keluar sambil membawa kue tart dengan lilin kecil menyala di atasnya. Spontan para pegawai memahami, hari itu Kepala Kemenag Kota Semarang, H. Muhtasit, tengah berulang tahun ke-51.
Alunan musik band Jamrud yang diputar semakin mencairkan suasana. Senyum merekah dari wajah para ASN yang kemudian bertepuk tangan riuh saat Muhtasit meniup lilin. Namun kejutan tidak berhenti di situ. Sebagai ungkapan syukur, Muhtasit justru membalas perhatian para pegawai dengan menyiapkan sarapan gratis. Aneka menu khas seperti nasi megono, pecel dari pedagang kaki lima di depan kantor, hingga nasi rames dari kantin koperasi tersaji untuk dinikmati bersama. “Ini wujud syukur saya,” ucap Muhtasit singkat.
Selepas apel, Muhtasit menjelaskan bahwa makna syukur baginya bukan sekadar pesta, melainkan kebahagiaan sederhana bersama keluarga dan sahabat. “Alhamdulillah, keempat anak saya sudah khatam Al-Qur’an, fasih membaca, dan terbiasa salat berjamaah di masjid. Bagi saya, itu nikmat terbesar yang harus disyukuri,” tuturnya dengan mata berbinar.
Tidak berhenti pada lingkup pribadi, Muhtasit menjadikan momentum ulang tahun sebagai pijakan untuk menguatkan budaya Qur’ani di lingkungan Kemenag Kota Semarang. Ia meluncurkan program Tahsin Al-Qur’an, yakni upaya memperindah bacaan Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid dan makhraj huruf. “Bukan sekadar membaca, tapi membaca dengan benar, tartil, dan indah,” jelasnya.
Program tahsin dilaksanakan setiap Senin hingga Kamis, dengan menghadirkan ustadz bersertifikat. Harapannya, meski ASN disibukkan rutinitas kerja, mereka tetap memiliki ruang untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an. “Membaca dan terus belajar itu keren. Jangan biarkan kesibukan membuat kita jauh dari Al-Qur’an,” tambah Muhtasit.
Sebagai penguat, ia memperkenalkan jargon baru: S3 (Setiap Selasa Setor). Melalui jargon ini, ASN didorong untuk menyetorkan bacaan secara rutin. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya memperbaiki kualitas bacaan, tetapi juga melatih sikap tabayyun, yakni kehati-hatian dan tidak mudah menyalahkan tanpa klarifikasi. “Kalau hati ditempa dengan Al-Qur’an, insya Allah pikiran juga lebih jernih,” tegasnya.
Tidak ada pesta mewah di hari ulang tahun itu. Hanya lilin sederhana, lagu nostalgia, sarapan megono dan pecel, serta doa yang khusyuk. Namun justru dari kesederhanaan itulah, lahir kesan mendalam, syukur yang tulus, kebersamaan yang nyata, dan semangat membumikan Al-Qur’an di tengah kesibukan ASN.(Pram/Nba)