Semarang – Meningkatkan kualitas Raudlatul Athfal diperlukan berbagai strategi. Apalagi di era pandemi, di mana sebagian anak-anak usia dini ini masih belajar secara daring. Dekan FIP Upgris, Muniroh Munawar menyampaikan hal ini dalam kegiatan Sosialisasi Pengembangan sistem Regulasi Supervisi Pembelajaran Madrasah / RA pada Kamis (21/10) di aula Kemenag Kota Semarang.
Acara ini digelar oleh Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Kota Semarang. Hadir dalam acara ini Kepala Kankemenag Kota Semarang, Mukhlis Abdillah dan Ketua Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) Kota Semarang, Aminuddin. Adapun sebagai peserta yaitu 35 Kepala RA perwakilan kecamatan se-Kota Semarang.
Muniroh mengatakan, diperlukan ide-ide cemerlang untuk menjaga kualitas pembelajaran RA. Sehingga tetap menarik minat masyarakat menitipkan pendidikan putra-putrinya di RA. “Seperti halnya waktu pembelajaran daring, para guru RA harus memutar otak keras berkrerasi agar anak-anak tetap mau mengikuti belajar online,” ungkap Muniroh.
Muniroh mengatakan, manajemen pembelajaran RA harus mengacu pada 8 standar PAUD, yaitu manajemen kurikulum dan pembelajaran, kesiswaan, sarana dan prasarana, ketenagaan, keuangan, kemitraan, organisasi dan kelembagaan, serta administrasi sekolah dan kelas.
Untuk membahas 8 standar ini, Muniroh meminta peserta untuk berdiskusi. Setiap kelompok membahas tentang 1 dari delapan standar PAUD tersebut.
Tingkatkan Citra RA
Kepala Kemenag Kota Semarang, Mukhlis Abdillah mengatakan, guru RA dituntut untuk memiliki banyak kompetensi. Tujuannya untuk meningkatkan citra RA, utamanya di Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah.
Menurutnya, peningkatan kompetensi tersebut juga akan mempengaruhi kualitas anak didik melalui penanaman budi pekerti. Sehingga mereka akan berbekal ilmu dan akhlak pada masa golden age yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. “Dengan kegiatan ini, semoga akan semakin meningkatkan kompetensi guru RA,” ucapnya. — iq