Semarang – Konflik yang terjadi antara Ahmadiyah dan Ormas tertentu pada tahun 2010 di desa Manislor Kuningan Jawa Barat sangat mengerikan dan memilukan. Ini terlihat dari beberapa fakta akibat pembakaran maupun penyegelan sejumlah Masjid Ahmadiyah, tutur Syarif selaku Penyuluh Agama Islam yang ikut berkunjung di wilayah tersebut Sabtu (26/3) kemarin.
Wilayah desa Manislor yang luasnya 18.331 m2 terletak di Kecamatan Jalaksana atau di kaki Gunung Cermai ini sempat manjadi trending top news yang pada pertengahan tahun 2010 karena diserang oleh ormas tertentu yang tidak ingin ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat berkembang pesat.
Ini dikarenakan di desa ini 80 persen penduduknya menganut Ahmadiyah, tutur Gunawan selaku Sekretaris Tabligh PP Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Sabtu (26/3).
Bapak Nurhalim yang juga selaku sesepuh di desa tersebut menambahkan bahwa ada delapan masjid yang terdampak aksi kekerasan tersebut yang sampai saat ini masih menimbulkan trauma bagi 3000 warga ahmadiyah baik di Manislor maupun Maniskidul.
“Sudah sepuluh tahun berlalu, namun kami masih terbayang ngerinya serangan itu”, curhatnya di depan para penyuluh agama (FKPAI) Kota Semarang sedang berkunjung pada 25-27 Maret kemarin.
“Namun rasa trauma itu sedikit demi sedikit akan berkurang jika kami sering dapat kunjungan tamu dari luar, apakah itu dari akademisi, ulama, tokoh agama seperti bapak-bapak ini,” imbuhnya
Ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa pentingnya perjumpaan, karena kerusuhan dengan basis massa sering muncul karena misinformasi dan mispersepsi akibat perbedaan pemahaman keagamaan.
“Sungguh tidak bijak, jika seseorang berkonflik dikarenakan belum pernah bertemu. Hanya lantaran menerima info yang tidak utuh dari isu-isu liar yang berkembang”, pungkas Syarif. (sy)