Kota Semarang (Humas) – Dalam rangka meningkatkan kompetensi GPAI SD dan guru MI, sekaligus menyambut Harlah NU ke-102, Pokjawas PAI bekerjasama dengan KKG PAI SD Prov. Jawa Tengah dan Pergunu menyelenggarakan Webinar Nasional dengan Topik “Strategi Deep Learning dalam Pembelajaran PAI Abad 21 pada jenjang SD/MI”, Selasa (28/01/25).
Acara dipandu oleh Mustaghfirin, GPAI Penggerak SDN Magelang 3 dan berkolaborasi dengan Suharmoko, Kepala SDN Temanggal Magelang dan Guru PAI Penggerak selaku moderator.
Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan lagu Yalal Wathon dan Mars Pergunu, pembacaan doa dan tahlil yang dipimpin oleh Kasan As’ari, Sekretaris Pokjawas PAI Prov. Jateng, berjalan dengan khusyuk.
Dalam kesempatan itu, Faojin, Pokjawas Kankemenag Kota Semarang selaku Ketua Panitia mengawali webinar dengan laporan dasar, maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan. “Pendaftar webinar sudah mencapai 563, mudah-mudahan semua bisa mengaksesnya. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara KKG PAI SD, Pokjawas PAI, dan Pergunu karena kebetulan bertepatan dengan Harlah NU ke-102. Selain itu, pada Ramadan mendatang, bekerjasama dengan MAJT akan mengadakan tahsin Alqura,” lapornya.
“Terkait perkembangan strategi deep learning yang sudah dicanangkan Bapak Menteri Agama, akan disampaiakan ke setiap jenjang dengan harapan pembelajaran deep learning yang dilakukan oleh guru tidak hanya berhenti di kelas atau di sekolah saja, namun bisa meluas secara global,” imbuhnya.
Pada webinar kali ini, selaku narasumber pula, Faojin mengupas tentang Strategi Deep Learning dalam Mendesain Pembelajaran PAI Abad 21. Sebagai pembuka pemaparan, Faojin mengutip keterangan dari Michael Fullan, Joanne Quinn dan Joanne McEachen : 2018. “Deep learning adalah proses perolehan enam kompetensi global yaitu, karakter, kewarganegaraan, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemikiran kritis. Kompetensi ini mencakup kasih sayang, empati, pembelajaran sosial-emosional, kewirausahaan, dan keterampilan terkait yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik di alam semesta yang kompleks,” tuturnya.
“Dengan deep learning ini diharapkan peserta didik memahami sesuatu yang tidak akan dilupakannya, melaksanakan pembelajaran yang mendalam dan bermakna serta menyenangkan dengan dilandasi spiritual kompetensi, keimanan dan ketakwaan. Dan mengapa diperlukan deep learning dalam PAI? Karena di sekolah telah terjadi penurunan mutu, efek dari belajar merdeka yang kebablasan, maka di evaluasi di kementerian sekarang,” sambungnya.
Menurutnya, pembelajaran saat ini kurang normatif, guru hanya sekedar menyampaikan materi, padahal sebagain masyarakat masih gagap terhadap perkembangan teknologi, sehingga pemanfaatnya menjadi salah arah tidak ditujukan untuk pendidikan tetapi malah untuk game atau judi online. Faojin mengatakan, capaian PAI masih dalam konsep, dan praktiknya belum sampai ke pemecahan masalah dan karya nyata. “Anak-anak bangga dengan gaya kebarat-baratan atau ketimur-timuran. Masyarakat masih belum saling menghargai antar pemeluk agama lain. GPAI belum mengembangkan kewirausahaan siswanya. Anak-anak jarang diajak dalam penelitian sederhana, minimnya kolaborasi GPAI dengan guru lainnya seperti guru kelas/guru olahraga dan lain sebagainya. Hal itu menjadi alasan akan pentingnya praktik deep learning,” jelas Faojin.
Lebih lanjut, dijelaskannya komponen kurikulum deep leaning, metode memunculkan 3 full, karakteristik 3 full, 6 kompetensi global deep learning, dan rencana tindak lanjut mendesain pembelajaran PAI.
Webinar ini juga menghadirkan Siti Kusrini yang memberikan pendalaman materi tentang cara Mendisain Modul Ajar PAI SD/MI dengan Pendekatan Deep Learning. “Dalam menyusun modul ajar setidaknya terdapat empat komponen, yaitu tujuan pembelajaran, rencana asesmen awal dan akhir pembelajaran, langkah pembelajaran, dan media pembelajaran. Modul ajar perlu disusun dengan mengacu kepadasebuah Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Pada dasarnya komponen modul ajar mencakup 3 hal inti yaitu, informasi umum, komponen inti dan lampiran, serta guru dapat menentukan/menambah komponen sesuai kebutuhan,” paparnya.
Dibedah pula terkait 8 dimensi profil lulusan yaitu, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kewargaa, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi. Kerangka kerja pembelajaran mendalam, prinsip pembelajaran yang meliputi berkesadaran, bermakna dan menggembirakan turut dikupas tuntas. Selain itu, dipresentasikan pula contoh modul ajar yang terintegrasi deep learning agar pembelajaran bisa bermakna, sehingga bisa mewadahi pembelajaran yang gembira dan menyenangkan.
Terakhir, Inung Siti Nurhidayati selaku narasumber lainnya membahas tentang Implementasi Deep Learning dalam Pembelajaran. “Dalam deep learning dikenal dengan 3 full, yang ketiga-tiganya harus diterapkan. Mindfull Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning akan saling melengkapi untuk membangun pengalaman belajar yang efektif dan bermakna. Implementasi mindfull, meaningfull dan joyfull diharapkan bisa sampai pada metakognitif dan sampai pada tahap mencintai ilmu. Penerapan deep learning terletak pada komitmen guru, deep learning sebagai upaya pendekatan bagaimana Bapak/Ibu guru memilih metode atau strategi yang tepat dalam pembelajaran. Engagement juga penting dilakukan agar guru bisa terhubung dengan peserta didik,” urainya.
“Deep learning sebagai sebuah kebijakan, maka kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang efektif, maka dengan pendekatan 3 full ini, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu diperlukan komitmen dan upaya yang serius untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi,”tandasnya.(Faojin/Nba)