Kota Semarang (Humas) – Cucilah wajahmu dengan air matamu. Demikian disampaikan Ricky Wasito, salah satu Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kota Semarang ketika memberikan penyuluhan kepada warga binaan LP Kedungpane, Rabu (12/3/2025).
“Maksudnya basahilah wajah kita dengan deraian air mata. Penting bagi kita untuk tidak banyak tertawa, tetapi memperbanyak menangis. Dalam pandangan Islam, air mata dianggap sebagai salah satu tanda kelembutan hati dan taKwa. Nabi Muhammad sendiri sering kali menangis dalam salat dan doanya, khususnya ketika memohon ampun kepada Allah atau saat mengingat nasib umatnya,” tutur Ricky.
Lebih lanjut, Ricky membacakan sebuah hadis terkait hal tersebut. “Salah satu hadis yang cukup terkenal mengatakan bahwa dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka adalah mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah,” ujarnya membacakan hadir Bukhari, 2019.
“Ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan air mata dalam pandangan Islam, terutama jika terkait dengan perasaan takut kepada Alloh. Menangis di sini tidak hanya dipandang sebagai manifestasi emosi, tetapi juga sebagai bentuk penghambaan dan penyerahan diri kepada Allah,” sambungnya.
Menurutnya, selain itu, Islam juga mengajarkan bahwa air mata yang mengalir karena penyesalan atas dosa-dosa masa lalu dapat menjadi sarana untuk mendapatkan rahmat dan pengampunan dari Allah.
Ia juga mengajak para warga binaan untuk mencuci lidah dengan banyak berzikir kepada Allah. “Penting bagi kita untuk selalu ingat kepada Allah. Janji Allah, ingatlah bahwa dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang. Seandainya setiap tarikan nafas kita belum bisa menyebut namaNya, maka mari kita tambah ingat kita kepada Allah,” pesannya.
Hal lain yang disampaikannya, cucilah hati dengan takut kepada Allah. “Takut kepada Allah harus diartikan dalam arti bertambah dekat kepada Allah. Takut dalam pengertian inilah yang disebut dengan bertakwa kepada Allah, yang merupakan tujuan dari puasa kita saat ini,” ungkapnya.
Dikatakannya, takwa dalam pengertian yang sebenarnya adalah menjaga diri dari azab Allah dengan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan meninggalkan segala yang dilarang olehNya. “Ketakwaan seseorang tidak hanya dilihat dari ketaatan seseorang kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin, ibadah mahdhah, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah yang lainnya. Akan tetapi, karakteristik takwa sangat berkaitan dengan seluruh aspek yang berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh anggota badan secara keseluruhan, mulai dari lidah hingga ujung kaki. Dan inilah yang diharapkan dari seseorang yang menjalankan puasa, bukan sekedar menahan makan, minum, hubungan suami isteri, tetapi juga menjaga anggota tubuh yang lain dari yang dilarang oleh Allah SWT,” tandasnya.
Pungkasnya, cucilah dosa-dosamu dengan bertaubat kepada Allah. “Hampir semua manusia pernah melakukan dosa, kecuali para Nabi dan Rasul. Dosa-dosa yang pernah kita lakukan adalah sebuah aib, tetapi jika kita mau bertaubat kepada Allah, Allah sangat pemurah. Allah adalah Dzat yang menerima Taubat. Oleh karena itu, sebesar apapun dosa yang kita lakukan, selama kita melakukan taubat yang sesungguhnya, pasti diterima Allah. Inilah yang disebut dengan Taubatan nasuha. Taubat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, kejujuran, kemurnian, dan ketulusan dengan alasan hanya Allah SWT, serta terbebas dari cacat dan cela,” pungkasnya.
Dalam kegiatan itu, sebelum memberikan penyuluhan, Farida Usriyyah selaku Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kota Semarang mengawalinya dengan memimpin pembacaan asmaul husna.(Ricky/Nba)