Kota Semarang (Humas) – Guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan ASN di lingkungan Kankemenag Kota Semarang, setiap hari selepas salat dhuhur berjamaah, di Musala Al Ikhlas yang berlokasi di area kantor, diadakan kegiatan Kultum Ramadan.
Oleh Panitia kegiatan, dibuatlah jadwal kultum dengan tema kekinian yang berbeda-beda, dan merujuk pada program-program prioritas Kementerian Agama. Hal ini dimaksudkan, agar materi yang disampaikan oleh narasumber bisa lebih mengena pada sasarannya yakni, pengimplementasian program kerja Kemenag yang selaras dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan.
Begitu pula pada siang hari ini, Syamsuri, Kepala KUA Kec. Pedurungan telah siap menyampaikan tausiyahnya yang mengusung tema Moderat dan Beragama, Rabu (27/03/2024).
Syamsuri mengatakan, manusia itu memiliki tiga masa kehidupan yaitu, masa lalu, masa kini, dan masa datang. Ia menandaskan, seorang muslim dalam menjalani kehidupan harus lebih berfokus pada masa kini, agar kesalahan atau keburukan-keburukan yang dilakukan di masa lalu tidak diulang kembali, guna mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.
“Puasa Ramadan merupakan salah satu ibadah yang apabila dilakukan dengan ikhlas, dan hanya mengharap rida Allah SWT, maka akan mampu menghapus dosa-dosa kita di masa lalu. Untuk itu, perbaiki kualitas puasa kita, tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi bagaimana dalam berpuasa, kita melakuka amaliah yang mendatangkan pahala, sehingga bisa menjadi bekal di masa yang akan datang,” tutur Syamsuri.
Menurutnya, amaliah yang berpahala adalah amaliah yang membawa kebaikan, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. “Bagaimana kita harus mampu hidup berdampingan dengan baik, sehingga ukhuwah islamiyah, wathaniyah, maupu basyariah bisa terjaga,” ujarnya.
Lebih lanjut, Syamsuri mengapresiasi beberapa imbauan yang dibuat oleh Menteri Agama seperti, pembatasan aturan penggunaan pengeras suara di masjid/musala. “Kita hidup berdampingan dengan orang lain, yang bisa jadi tidak seiman dengan kita, sehingga kita dianjurkan untuk tidak menggunakan toa pada saat membangunkan sahur, karena dikhawatirkan akan mengganggu umat nonmuslim yang ada di sekitar kita, atau tetangga kita yang sedang sakit. Ini merupakan bagian dari toleransi,” ungkapnya.
“Toleransi itu menjaga rasa dan perasaan,” imbuhnya.
Di akhir tausiyahnya, ia mengajak ASN Kemenag Kota Semarang selaku jamaah salat dhuhur, agar bisa melaksanakan ibadah dengan baik dan juga bermuamalah dengan bagus. “Semoga landing Ramadan kita baik, sehingga hati dan jiwa kita memperoleh keselamatan,” pungkasnya.(Nba)