Kota Semarang (Humas) – Kementerian Agama memfasilitasi kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi pelajar dan santri, yang diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol Kota Semarang di Joglo Kumpul Kumpul Cangkiran, Kec. Mijen, Sabtu (23/11/2024).
Kegiatan ini diikuti oleh 6 Ponpes dan 4 sekolah negeri di Kota Semarang yakni, Ponpes Askhabul Kahfi, Ponpes Darul Ulum, Ponpes Baitussalam, Ponpes Nurus Sunnah 1 dan 2, Ponpes Shirotol Mustaqim, SMPN 23, SMPN 35, SMPN 41, dan SMPN 44. Masing-masing lembaga mengirimkan 9 siswa dan 1 guru pendamping.
Muhtasit, Kakankemenag Kota Semarang mengatakan, tantangan kehidupan saat ini adalah menguatnya pandangan, sikap, dan perilaku keagamaan eksklusif yang bersemangat menolak perbedaan dan menyingkirkan kelompok lain, sehingga menyebabkan tingginya kekerasan bermotif agama yang tidak selaras dengan nasionalisme dalam bingkai NKRI. Kondisi ini dipandang sebagai masalah krusial bagi negara, sehingga Kementerian Agama menetapkan salah satu program prioritas “Penguatan Moderasi Beragama”.
“Kondisi Indonesia yang multi kultur, religi, etnis, bahasa dan golongan, dalam sudut pandang agama merupakan sebuah anugerah dan kehendak Tuhan,” ujar Muhtasit.
“Disinilah pentingnya bagaimana hal tersebut tidak menjadi potensi perpecahan, tetapi justru menjadikannya sebagai sumber kekuatan, yaitu melalui Penguatan Moderasi Beragama,” tandasnya.
Moderasi beragama artinya, beragama secara adil. “Dalam setiap agama pasti melarang sesuatu yang berlebihan. Begitu pun dalam beragama, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” ujarnya.
Selanjutnya, ia memperkenalkan 3 ciri beragama yang berlebihan. “Literarisme dan fanatisme buta, merasa sok benar sendiri dan menyalahkan orang lain, serta tidak mau menerima pendapat orang lain, merupakan ciri beragama yang berlebihan,” urainya.
Dalam forum tersebut, Muhtasit juga mengungkap 9 kata kunci moderasi beragama yaitu, martabat kemanusiaan, kemaslahatan umum, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghormatan kepada tradisi.
Di akhir paparannya, Muhtasit mengajak para peserta kegiatan untuk mendeklarasikan diri, bangga menjadi Duta Moderasi Beragama. “Siapa kita?” tanya Muhtasit.
“Generasi Moderat,” jawab peserta dengan kompak.
“Motto Kita, Siap Menjaga NKRI,” ikrar mereka bersamaan.
“Generasi Moderat, Toleransi, Cinta Tanah Air, Cinta Budaya dan Cinta Damai,” pungkas mereka diakhiri dengan tepuk tangan.(Tantowi/Nba)