Semarang, di Patra Jasa Convention Hall, Meskipun kota Semarang relatif aman, namun beberapa benih intoleransi dapat menumbuhkan munculnya kerawanan. Potensi kerawanan yang ditimbulkan akibat intoleransi tersebut sebesar 2% (hasil survei FKUB Kota Semarang Desember 2015)
Intoleransi keagamaan bisa berlapis-lapis. Keadaan tidak sehat secara keagamaan dan sosial bisa terjadi di antara umat satu agama dan umat agama lain. Juga bisa terjadi di antara aliran, denominasi, dan mazhab berbeda di dalam satu agama tertentu. Intoleransi di dalam satu agama bukan tidak sering lebih sengit dibandingkan intoleransi antaragama
Intoleransi keagamaan juga tidak bisa dikatakan disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi komunitas keagamaan berbeda. Merupakan gejala umum masyarakat agama yang kurang berpendidikan atau berekonomi memadai tidak menampilkan secara genuine sikap intoleran yang agresif: mereka umumnya damai. Kendati, mereka lebih rentan provokasi dan hasutan mereka yang jauh lebih terdidik dan berpengetahuan.
Dalam diskusi yang digelar International Center for Islam and Pluralism, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman Sejuk, dan kedutaan Kanada, terungkap kasus-kasus intoleransi juga terjadi akibat adanya sikap ekslusivitas dari kelompok tertentu, termasuk dalam bentuk yang mudah mengkafirkan orang lain atau Takfiri.
Indonesia beruntung dengan pemahaman dan praksis umat beragama mainstream yang inklusif dan toleran tanpa harus mengompromikan akidah dan ibadah masing-masing. Tetapi, jelas inklusivitas dan toleransi itu perlu terus diperjuangkan. Jika tidak, intoleransi keagamaan dapat mewabah merusak negara-bangsa Indonesia. (syarif / foto: syarif)