Kota Semarang (Humas) – Kamis (22/02/2024), Kakankemenag Kota Semarang menugaskan Mafruhatun selaku Pengawas Madrasah sebagai Fasilitator Pelatihan TP UKS/M Kota Semarang yang diselenggarakan di Aula Dinas Pendidikan Kota Semarang.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Strategi Pengajian Edukasi Alternatif Komunikasi (SPEAK), sebagai tindak lanjut orientasi fasilitator bagi TP UKS/M yang diselenggarakan pada beberapa waktu lalu.
Sasaran dari pelatihan adalah guru di SD/MI terpilih di Kota Semarang untuk meningkatkan kapasitasnya dalam melaksanakan paket intervensi gizi pencegahan kegemukan dan obesitas pada anak usia SD/MI sebagai bagian dari Program Sekolah/Madrasah Sehat di Jateng.
Ada 30 peserta hadir mengikuti pelatihan yaitu, 7 guru dari SD Islam Al Azhar 29, 8 guru dari MI Nasrul Fajar, 5 guru dari SDN Pekunden, 5 guru dari SDN Lamper kidul 01, SDN, dan 5 guru dari SDN Tlogosari wetan 01.
Mafruhatur menuturkan, pelatihan dilaksanakan selama 4 hari, 20-23 Februari 2024, dengan fasilitator dan materi yang berbeda. “Fasilitator kesemunya bersebelas yang masing-masing ditugaskan oleh instansi asal untuk memberikan pembinaan kepada para guru di sekolah/madrasah yang menjadi sasaran Sekolah/Madrasah Sehat di Jawa Tengah. “Sesuai jadwal, hari ini Kementerian Agama bersama Dinas Kesehatan dan Puskesmas Rowosari, melaksanakan tugas dimaksud,” terangnya.
Mafruhatun mengatakan, permasalahan kesehatan dan gizi merupakan salah satu isu prioritas anak usia sekolah. Tiga beban masalah gizi (TBM) yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan defisiensi zat gizi mikro merupakan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak Indonesia. “Data riset kesehatan dasar tahun 2018 di Jawa Tengah menunjukkan, 20,8% anak usia SD/MI mengalami stunting, 8,6% tergolong kurus, dan 20,2% mengalami kelebihan berat badan/obesitas,” ujarnya.
Ia menambahkan, bukti menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang buruk, gaya hidup yang kurang gerak dan faktor lingkungan ternyata sangat berdampak pada kondisi kelebihan berat badan anak. “Jika tidak diatasi, permasalahan yang meluas pada anak-anak ini akan menimbulkan ancaman besar terhadap kesehatan dan kondisi mental saat anak-anak menghadapi aksi perundungan yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah maupun rumah. Salah satu platform yang strategis untuk menangani masalah tersebut adalah Program Sekolah/Madrasah Sehat yang merupakan pengejawantahan dari UKS/M,” urainya.
Pada hari ketiga pelatihan tersebut, peserta diminta untuk melakukan praktik sesi pendidikan gizi, dan mengikuti beberapa permainan terkait gizi yang telah disiapkan oleh penyelenggara dan fasilitator.(Atun/Nba)