Semarang, Rabu (2/3/2022) Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Dasar (SD) Kota Semarang adakan kegiatan rapat koordinasi (rakor) di SD Islam Al Azhar 29 yang beralamat di Jalan R.M. Hadisoebeno Sosro Wardoyo Kecamatan Mijen.
Rakor tersebut diikuti oleh Pengurus KKG PAI SD Kota Semarang serta Ketua KKG PAI SD pada masing-masing kecamatan, sejumlah 22 orang.
Hadir pula Sri Hartati selaku Koordinator Satuan Pendidikan (Korsatpen) Kecamatan Mijen, Darlin selaku Pengawas PAI dan Budi Pekerti, serta Jamaludin Malik selaku Kepala SD Islam Al Azhar 29.
Pada kegiatan ini Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Semarang, Mukhlis Abdillah berikan pembinaan agar KKG PAI menjadi organisasi yang dapat mewujudkan pendidikan agama Islam yang optimal sehingga terbentuk anak-anak generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berakhlakul karimah.
“KKG PAI merupakan satu organisasi yang sangat penting demi terwujudnya pola dan model pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat dengan output dan outcome yang optimal. Outputnya adalah dapat melaksanakan kegiatan secara rutin dan berjenjang dengan baik, sedangkan outcomenya menghasilkan pendidikan agama yang dapat menginspirasi anak didik untuk diaplikasikan dan diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Mukhlis.
“Untuk itu tenaga kependidikan perlu bahu membahu, bersinergi tidak hanya Bapak/Ibu Guru tetapi termasuk Pengawas PAI dan Satuan Pendidikan Kecamatan,” sambungnya.
Mukhlis juga mengapresiasi atas keterlibatan Satpen Kecamatan Mijen pada kegiatan KKG PAI SD Kota Semarang.“Suatu kehormatan atas kehadiran Korsatpen Kecamatan Mijen yang ikut mahayu bagyo dan mendukung kegiatan KKG PAI SD Kota Semarang, sehingga harapannya output dan outcome dapat tercapai lebih optimal,” imbuh Mukhlis.
Ia juga menyampaikan harapan agar GPAI memiliki peran dalam character building bagi generasi penerus bangsa.
“GPAI diharapakan dapat membentuk anak didik menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara fisik maupun batiniah, tetapi juga mempunyai kecerdasan emosional spiritual atau biasa disebut ESQ (Emotional Spiritual Quotient), sehingga mereka menjadi generasi yang mampu mensikapi problematika tidak hanya dengan otak tetapi juga dengan rasa dan karsa, kearifan lokal dan juga dasar kehidupan beragama,” tandasnya. (Wakidi/Darlin/Nunung/NBA)