Semarang – Daryono, Guru Pendidikan Agama Buddha Kankemenag Kota Semarang menerangkan sejarah Wihara Buddha Dipa yang berlokasi di Dusun Sironjang, kepada mahasiswa Jurusan Sastra Inggris yang mengikuti program Iptek Desa Binaan UNDIP (IDBU) di Kel. Pakintelan, Kec. Gunungpati, Kota Semarang. Hal tersebut disampaikannya ketika Faza Zhahira, mahasiswa dimaksud, mendatangninya di Wihara Buddha Dipa, Selasa (29/8/2023).
“Dusun Sironjang menyimpan sejarah yang belum semua masyarakat tahu, utamanya cerita dibalik keberadaan Wihara Buddha Dipa,” tutur Daryono.
Menurutnyam sejarah itu penting diketahui, karena masa sekarang lahir dari sejarah. “Ada baiknya kita menghargai dan melestarikan budaya yang terbentuk dari sejarah. Salah satunya dengan cara menengok balik, menggali informasi akan sejarah yang ada,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, Wihara Buddha Dipa menjadi salah satu objek sejarah yang akan diangkat dan dibukukan bersama sejarah fakta lainnya seputar Kelurahan Pakintelan, guna membuka wawasan masyarakat bahwa Kelurahan Pakintelan menyimpan sejarah besar di Indonesia.
Daryono mengatakan, Wihara Buddha Dipa merupakan solusi dari Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti yang berada di Bukit Kasap, yang ditinggalkan oleh pemeluknya karena Biksu Ashin Jinarakkhita selaku pemimpin tempat ibadah tersebut memutuskan untuk meninggalkan Kota Semarang pada tahun 1964.
Ia berujar, kemeriahan perayaan Waisak di Borobudur kala itu, tak lepas dari bantuan tangan masyarakat Pakintelan yang kerap melakukan ibadah di Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti. “Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti merupakan tempat penobatan biksu Internasional pertama di Indonesia pada tahun 1959. Sejarah ini mengungkap bahwa Wihara Buddha Dipa yang ada di Dusun Sironjang memiliki keterkaitan terhadap Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti serta perayaan Waisak di Borobudur. Dengan demikian, Wihara Buddha Dipa menyimpan banyak keterkaitan dengan Wihara 2500 Buddha Jayanti dan perayaan Waisak di Borobudur,” terangnya.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan, di dalam Wihara Buddha Dipa juga terdapat peninggalan artefak berupa Arca Ganesha atau Ganapati. “Artefak ini ditemukan di Bukit Germuning yang berlokasi di belakang Wihara Buddha Dipa,” ungkapnya.
Dengan diangkatnya sejarah dan fakta Wihara Buddha Dipa Dusun Sironjang yang telah lama terkubur ke dalam buku profiling Kelurahan Pakintelan, ia berharap, hal ini tidak hanya membuka wawasan masyarakat, tetapi juga menjadikan Kelurahan Pakintelan sebagai destinasi religi di Kota Semarang.(Dar/NBA)