
Kota Semarang (Humas) – Bertempat di Ruang Rapat Lt.2 Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang berlokasi di Tugurejo Kota Semarang, berlangsung diskusi seru antara jajaran Kemenag Kota Semarang dengan tuan rumah terkait upaya mengurai pengelolaan sampah di Kota Semarang, Senin (17/2/2026).
Diskusi diawali dengan pemaparan latar belakang, maksud, dan tujuan dari program inovasi “Klangenan” (Kemenag Peduli Pangan dan Lingkungan) oleh Kakankemenag Kota Semarang.
Pada bagian lain, Kepala DLH Kota Semarang mengurai secara singkat tentang permasalahan sampah di kota lumpia ini, serta upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah setempat.
Selanjutnya, diskusi lebih intens dilakukan bersama bidang-bidang terkait. Kabid Pengawasan dan Pemberdayaan Lingkungan, Arry Susilo Wardhani mengimbau, penyuluh, madrasah, dan ponpes ikut mensosialisasikan dan mengkampanyekan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan melalui bidang pendidikan adalah program sekolah/madrasah adiwiyata. “Di Kota Semarang baru ada 2 madrasah adiwiyata, kami berharap kedepan akan lebih banyak lagi, termasuk juga di pondok pesantren,” tuturnya.
Teguh Tri Wibowo selaku Sub Koordinator Pengendalian Pencemaran dan Limbah Cair menambahkan, pentingnya menyadarkan masyarakat akan peduli lingkungan. “Pengelolaan sampah intinya adalah kepedulian. Harapan kami, Kemenag menjadi ujung tombak sosialisasi pilah sampah. Selain itu, melalui tokoh-tokoh Kiai dan Pimpinan Pondok Pesantren untuk bisa ikut melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat peduli terhadap lingkungan, misalnya pembuatan biopori di setiap ponpes,” ujarnya.
“Terkait dengan pilah sampah, bisa juga bekerjasama dengan bank sampah terdekat, sehingga menjadi potensi pemberdayaan ekonomi pula,” imbuhnya.
Selanjutnya, Kabid Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Lingkungan Hidup, Safrinal Sofaniada menyampaikan harapan, setiap madrasah dan ponpes bisa melakukan pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir di lingkungan masing-masing.
Pada kesempatan itu, Sub Koordinator Konservasi Keanekaragaman Hayati, Indriana Puspita Widyasari menginformasikan jika DLH juga memberikan bantuan bibit makanan ketahanan pangan dan konservasi, akan tetapi karena keterbatasan alokasi anggaran, sehingga bibit yang disediakan tidak banyak. Oleh karenanya, ia mengusulkan adanya Perwal yang mengatur mewajibkan bagi calon pengantin untuk menyumbang satu bibit tanaman yang dikumpulkan di KUA dan akan dikelola oleh DLH.
Tak berhenti hanya berdiskusi, sebelum berpamitan, rombongan pun meninjau langsung Taman Koleksi dan Taman Konservasi DLH. Bahkan rombongan Kemenag Kota Semarang melihat langsung contoh dan cara pembuatan biopori.(Faiq/Nba)