Semarang – Pagi itu, Selasa (22/3), suasana aula Raodhotul Athfal (RA) Al Hikmah Tembalang tampak semarak dan penuh keceriaan. Pasalnya, hari itu, semua kepala dan guru RA se-Kecamatan Tembalang tumpah ruah mengikuti pembinaan dan pembimbingan dari pengawas madrasah Kemenag Kota Semarang, Amhal Kaefahmi.
Pembinaan dan pembimbingan yang dilakukan Amhal Kaefahmi berbeda dengan biasanya. Kali ini, dia memberikan materi secara sistematis, mulai dari konsep dan teori, cara melaksanakan, dan contoh pembelajaran anak usia dini dengan gaya khas permainan anak-anak yang dibawakan dengan menyenangkan.
Ketua IGRA Kecamatan Tembalang, Sulistyowati mengatakan, kehadiran Amhal Kaefahmi dalam pembinaan luring kali ini sangat ditunggu para guru. Selama Pandemi Covid-19, pembinaan dilaksanakan secara daring menggunakan G-Meet secara berkala.
“Pertemuan tatap muka seperti ini sudah lama kami nantikan. Alhamdulillah, hari ini dapat terlaksana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” tutur Sulistyowati.
Dalam paparannya, Amhal Kaefahmi menegaskan, memasuki Abad ke 21 dan Era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai munculnya teknologi super komputer, artificial inteligence (AI) dan perangkat teknologi digital lainnya, memunculkan perubahan pola hidup dan perilaku sebagian manusia, termasuk dalam pembelajaran di RA.
Dikatakan Amhal Kaefahmi, konsekuensinya adalah, generasi muda, bahkan sejak dini, harus dibekali dengan berbagai ketrampilan untuk bisa bertahan di era revolusi industri 4.0 itu, antara lain dengan literasi digital (digital literacy), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas dalam memecahkan masalah (creativity in solving problems).
“Pembelajaran guru RA yang mendorong anak untuk dapat menjalin komunikasi yang efektif bermanfaat untuk mengembangkan berfikir anak,” jelasnya.
Menurutnya, Terkait dengan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang semula berpijak pada LOTS menjadi HOTS yang tentu tidak hanya menuntut anak agar dapat berpikir dan menyelesaikan persoalan dengan HOTS tetapi proses pembelajaran guru juga harus beerbasis HOTS dengan permainan yang dikemas dengan pendekatan STEAM dengan memanfaatkan loose part.
“Loose part tidak mesti hasil pabrikan (membeli) namun bisa menggunakan alat-alat permainan yang dibuat guru sendiri, syukur alat permainan itu dibuat bersama anak,”ungkap Amhal Kaefahmi.
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM tambahnya, dapat mendorong anak untuk membangun pengetahuan tentang dunia di sekeliling mereka melalui mengamati, menanya, dan menyelidiki. Pembelajaran berbasis HOTS mendorong anak untuk menganalisis, menginterpretasi, mengevaluasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dijelaskan Amhal Kaefahmi, Stimulasi pada seluruh aspek perkembangan anak bertujjuan agar anak dapat bertumbuh kembang optimal secara holistik dan sikap bersekolah yang pada gilirannya nanti menjadi generasi yang mampu memecahkan masalah, kreatif, dan inovatif yang berahlak mulia.
Optimalisasi seluruh aspek perkembangan anak yang dibangun ini dapat membentuk pribadi sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Sementara itu, kepala RA Al Hikmah, Ismiyah Ira Puspita mengatakan, segenap warga RA Al Hikmah merasa terhormat denngan digelarnya pembinaan dan pembimbingan pembelajaran anak usia dini di oleh pengawas madrasah, Amhal Kaefahmi yang berlangsung dengan semarak dan menyenangkan. (Amhal Kaefahmi)