Kota Semarang (Humas) – Senin (1/9/2025), di Musala Al Ikhlas Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, suara bacaan Al-Qur’an terdengar bergema, menembus tembok yang masih lembap oleh udara pagi. Dari musala yang sederhana itu tiba-tiba terasa lapang, serta dari ruang kecil inilah, di jantung Kankemenag Kota Semarang, sebuah ikhtiar lahir untuk membeningkan bacaan, sekaligus mengokohkan peran penyuluh di tengah masyarakat.
Di musala itu, seusai apel, para penyuluh agama, baik PNS maupun PPPK, berkumpul, duduk bersila dengan mushaf terbuka di pangkuan masing-masing.
Hari itu bukan hari biasa, mereka memulai sebuah rutinitas baru yakni belajar tahsin Al-Qur’an. Program ini akan berlangsung dua kali setiap pekan. Tujuannya sederhana, tapi penting yaitu, para penyuluh fasih melafalkan ayat-ayat suci dengan tajwid yang tepat dan makhraj yang benar. “Penyuluh itu harus menguasai Al-Qur’an, hadis, hari-hari besar Islam, juga kisah para Nabi,” kata Kepala Kankemenag Kota Semarang, Muhtasit, dalam sambutannya. Ucapannya mengalir pelan, seakan ingin dicerna perlahan oleh para para penyuluh.

Baginya, Al-Qur’an bukan sekadar teks yang dibaca sambil lalu. “Wahyu ini ketika dibacakan bisa membawa perubahan dalam diri. Bila diyakini, ia mampu melunakkan hati yang keras,” kata Muhtasit.
Ia menegaskan, seorang penyuluh memikul 12 bidang tugas yang tak bisa ditawar. Karena itu, ia menggagas pembentukan tim khusus yang kelak bisa menyambangi pesantren. Tim ini bukan hanya mengajari qira’ah, tapi juga meracik tema-tema dakwah yang segar, up to date, dan dekat dengan persoalan masyarakat. “Tim ini bukan hanya yang pintar ngaji, tapi juga yang pandai memanage, dan tentunya teragenda dengan baik, sehingga berjalan lancar, serta rapi,” ujarnya.
Selain pembinaan bacaan, program tambahan lain sudah berjalan seperti, resik-resik masjid. Muhtasit berencana mengajukan dana tambahan dari Unit Pengumpul Zakat maupun CSR untuk menopang kegiatan tersebut.(Pram/Nba)