Kota Semarang (Humas) – Dalam pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kecamatan Pedurungan yang dilaksanakan di SD Supriyadi, Rokhimin GPAI SDN Tlogosari Wetan 01 yang juga merupakan Guru Penggerak, mengisi kegiatan dengan berbagai Praktik Baik mengenai Komunitas Belajar, Kamis (22/02/2024). “Pada hakikatnya Komunitas Belajar sifatnya seperti KKG, dan kita sebagai guru sudah menjadi keharusan untuk selalu meningkatkan kualitas dan profesionalitas, mempunyai visi yang jelas seperti, membentuk anak yang solih-solihah yang berakhlak mulia,” tuturnya.
Ia menambahkan, untuk mencapai visi tersebut, tentunya diperlukan perjuangan, dari mulai perencanaan yang matang, tekad, kemampuan dan kemauan, sehingga apabila dalam perjalanannya menemui rintangan, tidak mudah menyerah dan mencari solusi terbaik guna meraih apa yang diharapkannya. “Inilah yang disebut dengan Inquiri Apresiatif yaitu, pendekatan dalam manajemen perubahan yang berfokus pada pencarian nilai-nilai positif dalam organisasi atau individu untuk memunculkan perubahan yang berkelanjutan,” imbuhnya.
KKG PAI Kecamatan Pedurungan menamai organisasinya dengan Kolak Jagung Madu, yang merupakan kepanjangan dari Komunitas Belajar Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Kecamatan Pedurungan. Rokhimin mengimbau, GPAI setempat untuk berperan aktif. “Saya harap, Bapak/Ibu GPAI dapat berpartisipasi aktif di dalam komunitas yang sudah kita bentuk,” pesannya.
H.M. Faojin selaku Pengawas PAI Kankemenag Kota Semarang, dalam pertemuan itu memberikan pembinaan kepada GPAI agar KKG menjadi wadah Komunitas Belajar (Kombel), sehingga mampu mengembangkan kompetensi anggotanya. “Pada dasarnya, komunitas belajar itu sudah terbentuk dari zaman ulama-ulama terdahulu, contohnya sudah banyak di masyarakat dengan berbagai macam perkumpulan jam’iyah. Namun yang trend saat ini, di dunia pendidikan nasional disebut dengan istilah Komunitas Belajar, yang memiliki banyak manfaat, diantaranya bisa membangun jejaring dalam rangka mempercepat, memperluas, dan memperdalam suatu persoalan,” terangnya.
Selain itu, Faojin mengatakan, komunitas belajar juga bisa memberi ruang untuk berkomunikasi, berbagi informasi, berdialog, menstimulasi pembelajaran, berbagi pengetahuan, memperkenalkan proses kolaboratif, mendorong anggota komunitas untuk mengembangkan aksi nyata, serta menghasilkan pengetahuan baru. “Yang terpenting, komunitas belajar berfokus kepada peserta didik,” pungkasnya.(Rahmat Sarjito/Faojin/Nba)