Semarang, Rabu (30/3/2022) Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang mengikuti kegiatan Sosialisasi “Saya Perempuan Anti Korupsi” (SPAK) yang digelar di Hotel Whiz Semarang.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Inspektorat Kota Semarang sebagai upaya pencegahan korupsi melalui peran organisasi perempuan di Kota Semarang, seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Gabungan Organisasi Wanita (GOW), Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI), dan DWP.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Inspektur Kota Semarang. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa gerakan ini mulai dirintis oleh Inspektorat pada dua tahun lalu.
Korupsi merupakan evolusi dari perilaku koruptif, oleh karenanya dipandang perlu peran perempuan sebagai ibu dan istri selaku pendamping suami, guna mencegah bermunculannya koruptor-koruptor baru di negara Indonesia.
Koruptif adalah salah satu sifat yang mencerminkan rusaknya moral seseorang, karena orang yang korupsi maka dia tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak adil, tidak disiplin, dan tidak berintegritas.
Sedangkan 3 hal sebagai pemicu utama korupsi adalah tekanan, peluang dan pembenaran. Disini letak pentingnya peran seorang istri Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pengawas bagi suaminya yaitu pengendali dan pemberi peringatan kepada suaminya agar tetap on the track, salah satunya dengan bersifat hidup sederhana, tidak banyak tuntutan, peduli, mandiri, dan kerja keras.
Untuk itulah perlunanya penanaman 9 nilai antikorupsi untuk dibudayakan dalam keluarga yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil, sehingga menjadi pembiasaan sejak dini bagi anak-anak dimana harapannya hal ini akan terus tertatam sampai kelak dewasa, sehingga mereka dalam menjalankan perannya/profesinya akan tetap menjunjung tinggi komitmen/integritas guna kemajuan bangsa dan negara.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh beberapa narasumber pada kegiatan Sosialisasi SPAK.
Guna mengefektifkan sosialisasi, pihak penyelenggara mengemasnya dalam bentuk yang menarik dan menggembirakan, salah satunya melalui permainan yang mengambil tema “Kekuatan Perenpuan Inspirasi Perubahan”.
Pada kegiatan sosialisasi tersebut, DWP Kemenag Kota Semarang memperoleh buku panduan permainan yang berisikan pengajaran antikorupsi, yaitu SEMAI yang diperuntukkan bagi anak-anak, MAJO bagi usia remaja, dan Majo Junior untuk dewasa.
Dalam kesempatan ini, peserta diajak mengenal berbagai tindakan korupsi dan peran serta masyarakat dalam pemberantasannya, melalaui game layaknya bermain monopoli, dengan buku panduan Majo Junior.
“Ada selembar kertas besar yang berisikan kelompok tindakan korupsi, seperti kotak-kotak dalam permainan monopoli. Ada tumpukan kartu putih dan merah di tengah-tengah kertas. Seorang peserta ditunjuk sebagai moderator, yaitu yang memenag kunci jawaban dari setiap pertanyaan yang tertera dalam kartu. Masing-masing peserta diberikan kesempatan mengambil 1 buah kartu putih, kemudian membaca keterangan yang tertera di dalamnya, kemudian peserta tersebut diminta untuk meletakkan kartu yang dibacanya tadi ke dalam kotak yang ada pada lembaran kertas besar. Jika jawabannya benar yaitu sesuai dengan kunci jawaban yang dipegang oleh moderator, maka dilanjutkan peserta berikutnya, tetapi jika salah, maka dia memiliki tugas untuk menjawab ulang pertanyaan dengan mengambil kartu merah yang telah tersedia,” terang Dwi Yuliarti Mukhlis Abdillah selaku Ketua DWP Kemenag Kota Semarang, yang begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Ima Setyowati Rachmad Pamudji yang juga turut dalam permainan itu mengatakan bahwa dengan permainan tersebut, peserta menjadi lebih memahami perbedaan antara gratifikasi, suap dan peerasan.
“Kami jadi lebih faham, kalau gratifikasi itu adalah sebuah pemberian atau hadiah diman pemberi bersifat aktif, sedangkan penerima bersifat pasif. Sedangkan suap adalah aktivitas aksi dan reaksi oleh pemberi dan penerima. Beda lagi dengan pemerasan, ini yang aktif adalah si penerima,” tutur Ima.
Kegiatan yang berlangsung halfday ini tak membosankan bagi peserta karena dikemas dengan menarik.
“Ada ice breaking, disetiap jeda penyampaian materi baru, sehingga kami tidak jenuh,” tutur Farida Yuliastuti selaku Wakil Ketua II DWP Kemenag Kota Semarang.
Hal senada juga disampaikan oleh Mindarsih Sulami, pengurus bidang sosial dan buadaya yang ikut pula dalam kegiatan sosialisasi SPAK.
“Penyampaiannya santai, menarik, sehingga saya yang sudah mau purna saja bisa menerima penjelasan dari narasumber,” ujarnya.
Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama, sambil meneriakkan slogan SPAK.
“Siapa Kita, Saya Perempuan Anti Korupsi. Tagline Kita, Lihat, Lawan, Laporkan,” seru peserta kegiatan bersamaan.(NBA)