Semarang – Daryono selaku Guru Pendidikan Agama Buddha (GPAB) Kota Semarang menuturkan, guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pendidikan kepada siswa, tetapi juga menjadi pendengar yang baik dan bersifat solutif. Hal ini disampaikannya kepada penulis ketika berkunjung ke Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Jumat (8/9/2023).
“Menyampaikan materi pendidikan agama sudah menjadi tugas kami selaku Guru Pendidikan Agama. Namun lebih dari itu, yang lebih penting adalah, bagaimana materi-materi tersebut bisa dipahami oleh siswa dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
“untuk itu, kami para guru pendidikan agama, harus dekat secara emosional dengan siswa. Menjadi teman curhat, pendengar yang baik, dan bisa memberikan pencerahan, atau solusi-solusi atas kegamangan siswa,” imbuhnya.
Ia menerangkan, seringkali menerima curahan hati peserta didiknya, baik terkait dengan pembelajaran, maupun hal-hal lainnya. “Pernah, salah satu peserta didik saya menulis pesan melalui WA, katanya mau curhat. Terkadang di tengah-tengah kesibukan kita, tentunya hal ini sedikit menuntut kita untuk meluangkan waktu tersendiri, tetapi hal ini harus kita sikapi secara positif,” ujarnya.
“Artinya siswa menganggap kita sebagai teman yang solutif, merasa nyaman, bisa lepas bercerita atas kegelisahan yang dirasakannya. Kebutuhan seperti ini harus kita akomodir, karena setelah saya melakukan pengamatan, sebagain siswa merasa bahwa guru pendidikan agama merupakan sosok yang dianggapnya pengayom,” sambungnya.
Menghadapi kasus-kasus seperti itu, Daryono mengungkapkan, akan memberikan waktu pada saat jam pelajaran Pendidikan Agama Buddha. “Setelah mereka curhat, maka sedikit-demi sedikit, saya selipkan pesan-pesan agama disana, sehingga harapannya, anak menjadi lebih memahami dan memaknai ajaran agam dengan lebih baik,” pungkasnya.(Dar/NBA)