Semarang – Saat ini, masih ada pemberitaan bulliying yang terjadi di dunia pendidikan. Kondisi ini sungguh ironis, dan cukup mengusik keluarga MAN 1 Kota Semarang.
Tasimin selaku Kepala Madrasah menuturkan, dalam rangka mencegah terjadinya kasus bulliying di lingkungan MAN 1 Kota Semarang, pada akhir pekan lalu peserta didiknya melakukan deklarasi anti bulliying.
“Sabtu lalu (25/2/2023), MAN 1 Kota Semarang menyelenggarakan Roots Day di lapangan utama yaitu, kegiatan perayaan gerakan anti bulliying yang diikuti oleh seluruh masyarakat sekolah terutama siswa dengan mengucapkan ikrar bersama dan menandatangani deklarasi Madrasah Anti Perundungan. Yaitu sebuah komitmen para siswa untuk mewujudkan madrasah dan lingkungan yang bebas dari bulliying,” tutur Tasimin pada saat ditemui penulis, Kamis (2/3/2023) di ruang kerjanya.
Menurut keterangannya, perayaan tersebut dihadiri pula oleh Plt. Kabid Penma Kanwil Kemenag Prov. Jateng, delegasi dari LPA Klaten, perwakilan dari Yayasan SETARA dan stake holder lainnya.
“MAN 1 Kota Semarang merupakan salah satu lembaga pendidikan binaan Kementerian Agama yang ditunjuk sebagai pilot project Madrasah Anti Perundungan. Madrasah Anti Perundungan merupakan program yang diinisiai oleh KSKK Kemenag RI dengan menggandeng UNICEF (United Nations International Childrens Emergency Fund) dan LPA Klaten,” terang Tasimin.
Lebih lanjut ia menerangkan tentang Program Madrasah Anti Perundungan. “Program ini merupakan upaya untuk meminimalisir atau menurunkan potensi bulliying di madrasah, dan mewujudkan gerakan pendidikan yang nyaman dalam proses pendidikan dan pembelajaran,” ungkapnya.
Beta Nur Bety Tsany, salah satu guru yang telah mengikuti TOT Pelatihan Anti Bulliying yang turut mendampingi Kepala Madrasah mengatakan, tahapan pengimplementasian program tersebut di MAN 1 Kota Semarang.
“Dalam Program Madrasah Anti Perundungan, ada 10 madrasah se-Indonesia yang dijadikan pilot project. Di wilayah Jateng, selain MAN 1 Kota Semarang, madrasah lain yang turut ditunjuk adalah MTsN 1 Kota Semarang dan MTsN Rembang,” ujar Beta, Guru Bidang Studi BP/Konseling.
“Pelaksanaan program diawali dengan mengikutsertakan guru dalalam TOT Pelatihan Anti Bulliying yang dilaksanakan pada bulan Oktober tahun lalu di Surakarta. Kebetulan saya dan Pak Suyatnak ditugaskan oleh Bapak Kepala Madrasah untuk mengikuti kegiatan tersebut,” imbuhnya.
Menurut keterangan Beta, pelaksanaan program dilanjutkan dengan memberikan pelatihan kepada 30 siswa sebagai agen Roots yang terpilih berdasarkan popularitas oleh rekan-rakannya, dan memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan peserta didik di lingkungan MAN 1 Kota Semarang.
“Selanjutnya, guru yang telah mengikuti TOT tersebut memberikan pelatihan kepada 30 siswa yang dipilih oleh rekan-rekannya sendiri, yang mana mereka ini memiliki pengaruh besar atau dapat memprovokasi peserta didik di MAN 1 Kota Semarang. Tujuannya, agar lebih mudah memberikan pengaruh positif dan pelopor dalam hubungan sosial,” katanya.
Ia menerangkan, para agen roots ini dilatih selama 3 bulan dengan mendapatkan materi yang relevan dengan upaya menurunkan potensi bulliying.
Beta berujar, pada Roots Day di MAN 1 Kota Semarang yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj tersebut, juga diadakan pentas seni dan pameran karya agen Roots selama mengikuti pelatihan, seperti poster, drama, puisi, kreasi hastag, serta photo booth.(Beta/NBA)