Kota Semarang (Humas) – Dalam upaya memperkuat kesadaran ekologis dan mewujudkan lingkungan kerja yang ramah alam, Kantor Kementerian Agama Kota Semarang bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang melaksanakan kegiatan pembuatan biopori di lingkungan Kantor Urusan Agama (KUA), Selasa (21/10/2025).
Kegiatan yang dilaksanakan di KUA Kecamatan Semarang Tengah dan KUA Kecamatan Semarang Timur ini diikuti oleh Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) serta pegawai KUA. Kolaborasi ini merupakan langkah nyata dalam mendukung penguatan ekoteologi, yakni kesadaran akan keterhubungan manusia dengan alam sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual terhadap lingkungan.

Sinergi antara Kemenag Kota Semarang, Pokjaluh, dan DLH menjadi bagian dari implementasi program Klangenan (Kemenag Peduli Pangan dan Lingkungan) serta mendukung pelaksanaan Asta Protas Kementerian Agama. Program ini mendorong seluruh satuan kerja di lingkungan Kemenag untuk aktif menjaga keseimbangan alam dan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan aksi nyata pelestarian lingkungan.

Melalui kegiatan pembuatan biopori ini, Kemenag ingin menegaskan bahwa penguatan ekoteologi tidak hanya diwujudkan melalui narasi, tetapi juga melalui tindakan sederhana dan berkelanjutan yang bisa dimulai dari lingkungan kerja, termasuk di KUA.
Dalam kegiatan tersebut, tim dari DLH Kota Semarang juga memberikan sosialisasi teknis pembuatan dan pemanfaatan lubang biopori. Biopori merupakan lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10–30 cm dan kedalaman 80–100 cm, yang berfungsi sebagai jalur resapan air dan tempat penguraian sampah organik secara alami.
Pembuatan biopori memiliki sejumlah manfaat penting, antara lain meningkatkan daya resap air tanah untuk mencegah banjir dan genangan air, mengurangi limbah organik dengan menjadikannya kompos alami yang menyuburkan tanah, menambah cadangan air tanah yang berguna di musim kemarau, mengurangi emisi gas rumah kaca melalui proses dekomposisi alami, serta meningkatkan keanekaragaman hayati tanah seperti cacing dan mikroorganisme bermanfaat.

Kepala KUA Kecamatan Semarang Timur, Sukma Rohayat menyampaikan, KUA sebagai ujung tombak layanan masyarakat keagamaan perlu menjadi teladan dalam kepedulian terhadap lingkungan. “Melalui pembuatan biopori ini, kami ingin menjadikan KUA bukan hanya sebagai tempat pelayanan keagamaan, tetapi juga ruang yang mengajarkan cinta lingkungan dan tanggung jawab ekologis. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari pembiasaan baik untuk seluruh aparatur agar lebih peduli terhadap bumi,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Jhon, menyambut baik inisiatif Kemenag Kota Semarang yang turut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui kegiatan sederhana namun berdampak besar. “Kami mengapresiasi kolaborasi ini. Upaya seperti pembuatan biopori sangat penting untuk meningkatkan daya serap air, mengurangi potensi banjir, serta membangun kesadaran bersama bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak,” ungkapnya.
Ia berharap, kerja sama lintas instansi seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi lembaga-lembaga lain untuk melakukan aksi nyata peduli lingkungan.
Melalui kegiatan ini, Kementerian Agama Kota Semarang menunjukkan komitmen bahwa penguatan nilai-nilai ekoteologi bukan hanya tanggung jawab personal, tetapi juga kelembagaan. Dengan langkah sederhana seperti pembuatan biopori, lingkungan kerja di KUA dapat menjadi lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan serta memberikan layanan publik yang inklusif dan berwawasan lingkungan.(Alan/Nba)