Kota Semarang (Humas) — Sabtu (2/11/2024), Siswa kelas 6 TP. 2024/2025 MIN Kota Semarang, dipandu mahasiswa Fakultas Kedokteran Jurusan Farmasin UNNES, membuat sabun cuci tangan.
Kegiatan yang diinisiasi oleh wali kelas 6 diantaranya, Dyah Ety, M. Jazuri, Setyowati Meiningsih, dan Gunawi tersebut, dilaksanakan di halaman madrasah dan merupakan bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5PPRA).
“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengenalkan siswa pada penggunaan bahan alami dan pentingnya menjaga kebersihan,” ungkap Dyah Ety.
M. Jazuri menambahkan, pelatihan tersebut bertujuan memberikan pemahaman mengenai tanaman obat keluarga (toga), dan melatih jiwa kewirausahaan/enterpreneurship siswa.
Selain itu, Setyowati Meiningsih mengatakan, pembelajaran dengan sistem berpraktik langsung, dapat mengembangkan kreativitas mereka. “Harapan kami, siswa dapat meningkatkan kreativitas dengan berkreasi dalam memilih tanaman toga dan variasi aroma sabun yang akan dibuat,” ungkapnya
Kepala MIN Kota Semarang, H. Nadzib, yang ikut menyaksikan kegiatan itu pun memberikan apresiasi. Menurutnya praktik membuat sabun cuci tangan dengan berbagai varian aroma, mampu membangun karakter generasi penerus bangsa yang telaten, sabar, kreatif, inovatif, dan tangguh.
Mahasiswa UNNES dengan telaten membimbing para siswa melakukan proses pembuatan sabun, dimulai dengan melarutkan sodium sulfat dan NaCl dalam 250 ml aquadest hingga larut, menambahkan gliserin dalam larutan sebagai bahan dasar, kemudian mencampurnya dengan texafon dan labs, hingga menambahkan minyak sereh, serta pewarna untuk memberikan aroma dan warna menarik pada tahapan akhir pembuatan sabun.
Sebelum bisa digunakan, siswa harus menunggu adonan hingga busanya menyusut, setelah itu baru menuangkannya ke dalam 16 gelas yang telah disiapkan.
“Proses ini penting untuk memastikan semua bahan tercampur dengan baik,” terang M. Jazuri.
“Dengan mengikuti langkah demi langkash, siswa dapat belajar secara praktis tentang kimia dan reaksi antar bahan,” imbuh Setyowati.
Gunawi berujar, pembelajaran di luar kelas memberikan spirit tersendiri bagi peserta didik. “Belajar di dalam kelas, terkadang muncul rasa jenuh. Dengan praktik membuat sabun di halaman madrasah, terasa seperti bermain, sehingga menyenangkan bagi siswa, padahal tanpa anak-anak sadari, sebetulnya mereka sedang berproses belajar,” katanya.
“Kami berharap, dengan memanfaatkan tanaman di sekitar, menyadarkan siswa akan pentingnya menjaga kebersihan melalui penggunaan sabun yang ramah lingkungan,” pungkasnya.(Fw)