Workshop Bimbingan Teknis Managemen Kepala dan Administrasi Guru Kurikulum 2013 Edisi revisi Forum Komunikasi Kepala Madrasah (FKKM) se-Eks Karesidenan Semarang bertujuan memberikan penguatan dan pemahaman implementasi kurikulum 2013 edisi revisi, diikuti oleh 43 peserta terdiri dari Kepala Madrasah Negeri, Waka Kurikulum dan pendamping kurikulum masing-masing 14 orang (sabtu, 22/09).
Acara yang bertempat di MTsN 1 Semarang ini diikuti oleh Kepala Madrasah dan Waka Kurikulum MTs se-Eks Karesidenan Semarang dengan menghadirkan narasumber Widyaiswara Balai Diklat Kementerian Agama Semarang, Junaidi
Ketua FKKM Ali Murtadlo menyampaikan, menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
“Dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan, kurikulum Indonesia sering mengalami perubahan dan penyempurnaan. Kurikulum 2013 bertujuan menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inofatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Siswa menjadi tahu tentang apa, bagaimana dan mengapa,” papar Murtadlo.
Ketua FKKM berharap agar setelah kegiatan ini peserta dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 edisi revisi dan ada kesamaan dalam pembuatan nilai guru dan nilai raport. “Disamping pembahasan kurtilas, peserta juga dapat saling sharing dan bertukar informasi serta berdiskusi permasalahan di masing-masing madrasah”, sambung Murtadlo.
Marjoko salah satu peserta dari MTsN 1 Kota Semarang mengapresiasi kegiatan yang diprakarsai oleh FKKM. Ia berharap ada kegiatan rutin dan berkelanjutan agar para Kamad beserta jajaran tenaga pendidik dapat meningkatkan kompetensi dan menyamakan persepsi demi menuju madrasah hebat dan bermartabat. “Dengan mengambil tempat di madrasah secara bergiliran, disamping kita silaturahmi, meningkatkan kompetensi juga sekaligus dapat melakukan study banding untuk mengetahui kondisi madrasah di lain tempat,” kata Marjoko. (mjk-ch/am)