
Kota Semarang (Humas) – Ruang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang siang itu terasa lebih hidup dari biasanya. Sejumlah penyuluh agama duduk melingkar, sebagian sibuk mencatat, sebagian lain fokus pada gawai. Bukan untuk sekadar mengirim pesan pribadi, melainkan belajar bagaimana dakwah bisa menjangkau lebih banyak orang melalui media sosial.
Sejak Tim Media Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang resmi dilantik pada 20 Juli lalu, geliat baru langsung terasa. Berbagai kegiatan penyuluh kini rutin dipublikasikan, tidak hanya melalui laporan tertulis, tetapi juga lewat unggahan di Instagram, Facebook, hingga YouTube.
Rabu (10/9/2025), tim ini menggelar rapat koordinasi. Dipimpin oleh Syarif Hidayatullah, juara Penyuluh Agama Islam (PAI) Award 2024 tingkat nasional, sekaligus komandan tim media, pertemuan tersebut membahas arah kerja ke depan.
Dengan suara mantap, Syarif menegaskan peran media sosial sebagai jembatan baru dakwah. “Tim media Kemenag tidak hanya hadir di tingkat kota atau kabupaten, tetapi juga hingga provinsi bahkan nasional,” ujarnya.
Strategi pun dibahas secara rinci. Ada yang bertugas sebagai kontributor, admin, kreator konten, editor, aktor, narator, hingga eksekutor. Pembuatan akun resmi di berbagai platform menjadi prioritas utama sebelum mengisi lini masa dengan konten yang informatif dan inspiratif.
Meski begitu, Syarif menekankan bahwa kerja Tim Media tidak boleh berhenti di layar. Laporan kinerja tetap menjadi bukti nyata kiprah mereka. Publikasi berita, jumlah like, komentar, hingga pengikut media sosial menjadi tolok ukur capaian. “Laporan adalah bukti kita bekerja, bukti kita hadir di lapangan,” tegasnya.
Apa yang tengah digarap Tim Media Kemenag Semarang sejatinya adalah bagian dari perubahan besar, dari mimbar ke media sosial, dari pengeras suara masjid ke speaker ponsel. Dakwah dan penyuluhan kini melintasi batas ruang dan waktu, menjangkau siapa saja, kapan saja.
Di ruang FKUB sore itu, semangat baru begitu terasa. Menjadi penyuluh hari ini bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga soal gambar, suara, dan jejak digital yang meninggalkan dampak luas bagi masyarakat.(Pram/Nba)