Semarang, Allah SWT menjanjikan akan selalu menjaga kesalihan dan kemuslihan hambanya yang senantiasa menjaga Alquran, dalam kondisi apapun, dimanapun, bahkan sampai ajal menjemputnya. Mendalami dan mempelajari Alquran merupakan ibadah yang luar biasa, terlebih jika ilmu tersebut ia ajarkan kepada generasi penerus, sebagaimana firman Allah dalam Alquran, hal tersebut akan menjadi amal jariyah baginya. Demikian dituturkan ustadz Agus Haryadi Wakil Ketua Badko LPQ Kota Semarang, Senin (3/10/2022) selepas mengantar kepergian ustadz Fedri Wibawa ke tempat peristirahat terakhirnya.
Ustadz Fedri Wibawa yang merupakan adik kandung ustadz Agus Haryadi, adalah Kepala LPQ Nurul Huda Bulu Kota Semarang, yang dikenal dengan keramahan dan kesantunannya. Senin dini hari (3/10/2022), ustadz muda tersebut dikabarkan meninggal dunia karena kecelakaan. Kabar duka itu pun segera tersebar melalui whatsapp.
Rasa kehilangan turut dirasakan oleh keluarga besar LPQ se-Kota Semarang yang turut bertakziah ke rumah duka.
Kepada para takzin dan takziat, ustadz Agus Haryadi menceritakan kronologi kematian Kepala LPQ Nurul Huda Bulu. “Ustadz Fedri meninggal dalam perjalanan dari Kota Semarang menuju Sukoharjo. Ahad sore (2/10/2022), saya dan ustadz Fedri masih tadabbur alam di kompleks Masjid Agung Semarang, dan melanjutkan salat maghrib di Masjid Diponegoro UNDIP. Selepas itu, sekitar pk. 20.00 WIB sesampainya di rumah, beliau langsung bersiap diri dan melanjutkan perjalanan ke Sukoharjo bersama adik terkecilnya, Panca Nur Aditya, kurang lebih pk. 21.00 WIB,” tuturnya.
“Sekitar pk. 23.30 WIB, saya menerima kabar jika ustadz Fedri dan adiknya mengalami kecelakaan di depan RS. Nirmala Suri Sukoharjo. Keduanya kemudian dibawa ke RS tersebut, akan tetapi karena kondisi ustadz Fedri tak sadarkan diri, maka ia dilarikan ke RSUD Sukoharjo untuk mendapatkan penanganan lebih intensif,” sambungnya.
“Begitu memperoleh kabar tersebut, kami segera meluncur ke lokasi, dan tepat pk. 03.00 pagi, kami sampai di RSUD Sukoharjo. Begitu kami bertemu dengan ustadz Fedri, subhanallah, meskipun dalam keadaan koma, dari lisannya tak berhenti berzikir, melantunkan ayat-ayat Alquran dan penggalan ayat di metode UMMI, persis seperti saat almarhum mengajar di kelas (TPQ) atau di majelis-majelis tahsinnya, sampai nafas terakhirnya,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan ustadz Ali Mukti, sahabat almarhum, yang turut serta dalam rombongan ke Sukoharjo. “Kening ustadz Fedri anyep (tidak berkeringat), tidak panas, menurut risalah, ini merupakan salah satu tanda orang-orang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah, subhanallah,” ujarnya.
“Qodarullah cuaca hari ini mendung, redup tidak panas, seakan-akan alam ikut berduka atas kepergian ustadz Fedri. Suasana ini membuat kami betah berlama-lama di rumah duka,” imbuhnya.
Ratusan bahkan mungkin ribuan warga, saudara dan jemaah taklim dan tahsin almarhum, yang turut hadir di rumah duka, nampak berlinang air mata.
“Kami begitu terharu, setiap takzin dan takziat yang datang, langsung mensalatkan almarhum. Semoga ini pertanda kecintaan Allah kepadanya, dan almarhum ditempatkan di sisiNya di tempat yang mulia. Amin,” ungkapnya.
“Peristiwa ini sebagai iktibar untuk kita semua, bahwa Allah betul-betul menepati janjinya kepada hambanya yang senantiasa menjaga Alquran. Semoga kita senantiasa ikhlas, diberikan kesehatan dan kekuatan dalam terus memperjuangakan, berdakwah, dan mengajarkan Alquran hingga nafas akhir kita,” pungkas ustadz Agus Haryadi.(Agus Haryadi/NBA)