Semarang – Direktur GTK Madrasah pada Ditjen Pendis Kemenag RI, Muhammad Zain menegaskan, tidak ada anak yang bodoh, karena pada dasarnya anak adalah cerdas. Guru perlu menggali keserdasan majemuk (multiple intelegences) anak di dalam memberikan layanan pembelajaran di Raudhatul Athfal.
Penegasan tersebut disampaikan Muhammad Zain, saat memberikan catatan dan sambutan, sekaligus membuka Penguatan Guru RA Holistik Integratif di Artotel Bianti Yogyakarta, Rabu (14/9). Sambutan Direktur GTK disampaikan melalui virtual.
Kegiatan penguatan diikuti guru, kepala, dan pengawas RA perwakilan dari 9 provinsi berlangsung tiga (3) hari, tanggal 14 – 16 September. Bertindak sebagai pembicara kunci di Artotel Hotel, Irhas Sobirin (Kasubdit Bina GTK RA), Ainur Rofiq (Kasubdit Bina GTK MI dan MTs).
Turut sebagai pemateri, Pungki Nahyu Widyawati (Peran guru dalam psikologi perkembangan anak usia dini); Siti Latifah (Pengembangan bahan ajar etika dan karakter dalam membentuk guru RA yang holistik); Epah Maspupah (Pendidikan holisyik integratif upaya penanaman toleransi dalam keagamaan terhadap siswa RA).
Pemateri selanjutnya, Lilis Karyawati ( DDTK untuk membangun anak soleh dan sehat); dan dari Kementerian PPPA dengan materi “Meningkatkan konsep pendidikan holistik integratik dan penanganannya terhadap anak usia dini.
Dikatakan Direktur GTK Madrasah, kebijakan Direktorat GTK tentang penguatan pendidikan holistik bagi guru RA antara lain mendorong para guru yang tergabung dalam IGRA mendokumentasikan praktik baik pembelajaran dalam bentuk buku, agar ide dan best practice merek dapat diserap dan dicontoh oleh guru lain.
“Hadirkan pembelajaran berkualitas di Raudhatul Athfal”, tegasnya.
Menurut Muhammad Zain, pendidikan pada anak usia dini terkait dengan kecerdasan intelektual (IQ) kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) selalu diarahkan pada pendidikan karakter holistik integratif, termasuk pada kemampuan komunikasi dengan spiritualitas yang baik, seperti berdoa pada Alloh Swt sebagai penentu setiap usaha.
Sementara itu, Kasubdit Bina GTK MI dan MTs, Ainur Rofiq menuturkan, setiap anak mempunyai keunikan kecerdasan masing-masing yang tidak boleh dibanding-bandingkan antara anak satu dengan anak lainnya. PAUD holistik integratif melihat anak secara menyeluruh dan terintegrasi dengan komponen lainnya seperti, kesehatan dan perlindungan anak.
“Bicara tentang pendidikan pada anak usia dini, mestinya sudah dilakukan setiap hari. Pada dasarnya pendidikan di PAUD senyatanya merupakan pendidikan holistik integratif,” tutur Ainur Rofiq.
Ditambahkannya, terdapat banyak kecerdasan yang harus dicermati dalam memberikan layanan pendidikan di RA, antara lain kecerdasan fitrah; kecerdasan intrapersonal (keprcayaan diri); kecerdasan interprsonal (mudah bergaul); kecerdasan natural yang dimiliki anak terkait dengan alam sekitar.
Anak juga bisa mempunyai keunikan dengan kecerdasan musikal/artistikal yang mempunyai kecenderungan menyukai musik; logic matematic yang gemar dengan matematika; verbal lingualistik (cakap bahasa); kinestetik fisical terkait dengan olah anggota tubuh; dan visual spasial terkait dengan rancang bangun dan arsitektur.
Sedangkan Amhal Kaefahmi, pengawas Kemenag Kota Semarang wakil dari Jawa Tengah mengatakan, penguatan guru RA terkait dengan pembelajaran holistik integratif yang digelar Dir. GTK ini sangat bermanfaat saat pengawas melaksanakan tugas kepengawasan, khususnya dalam memberikan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan keepala RA di wilayah binaan.(Amhal Kaefahmi)