Kota Semarang (Humas) – H.M. Faojin, Pengawas PAI Kankemenag Kota Semarang berkunjung ke SDN Bangetayu Kulon, Rabu (5/2/2025).
Kunjungannya dalam rangka melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian PAI semester 1, serta rencana kegiatan
keagamaan dan pembelajaran PAI di bulan Ramadan 1446 H/2025 M.
Menurutnya, monev perlu dilakukan secara rutin berkala sebagai upaya dari Kementrian Agama untuk mengawal KBM PAI berjalan sesuai dengan ketentuan dan harapan bersama. “Dengan bertatap muka dan melihat langsung kondisi di lapangan, dapat menggali permasalahan atau kendala apa yang dihadapi Guru PAI di lingkungan sekolah, sehingga kita bisa mencasi solusi bersama guna menguraikan permasalahan yang ada,” tuturnya.
Ia mengatakan, permasalah klasik yang hampir terjadi di semua sekolah umum adalah, masih banyaknya siswa yang belum sadar melakukan ibadah atas kesadaran sendiri seperti, melaksanakan salat, mengaji, dan menghafal surah-surah pendek Alquran, meskipun mayoritas siswa di sekolah tersebut muslim. Hal serupa juga terjadi di SDN Bangetayu Kulon.
Dalam kesempatan itu Faojin menyampaikan harapan agar lingkungan sekolah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga
berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif
kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya dalam hal beribadah.
Selain itu diharapkannya pula, lingkungan sekolah mendukung guru dalam melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan
lingkungan di sekitarnya.
Lingkungan sekolah beserta guru diharapkan membuka wawasan murid agar
dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang
manfaat, dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu,
kelompok, maupun golongan.
Faojin mengatakan, apabila hal-hal tersebut dilakukan secara kontinu maka akan terbentuk lingkungan sekolah yang lebih agamis sesuai kearifan lokal, siswa memiliki kesadaran beribadah secara mandiri, semua warga sekolah lebih sadar pentingnya beribadah tepat waktu, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
“Pembiasaan salat dhuha, salat dhuhur berjamaah, menghafal surah-surah pendek, kegiatan pesantren kilat dan peringatan hari-hari besar agama Islam, merupakan salah satu upaya mewujudkan lingkungan yang agamis dan kondusif,” tutur Faojin.
Ia menambahkan, agar dalam setiap program tersebut dikomunikasikan dengan masing-masing kelas, serta dalam setiap kegiatan melibatkan siswa sebagai panitia dan GPAI sebagai pendamping.
Dengan demikia, semua warga sekolah mempunyai karakter beriman dan bertakwa, peduli pada lingkungan, bernalar kritis, gotong-royong, bekerja sama, mandiri, dan kreatif.
Harapan lainnya adalah siswa belajar menjadi agency student dalam kegiatan keagamaan.
“Jika pembiasaan ini bisa mengakar baik di siswa maupun warga sekolah lainnya, harapannya tidak hanya berhenti disini, tetapi kebiasaan tersebut akan berlanjut di rumah yang nantinya akan berdampak pada perubahan perilaku beribadah di lingkungan keluarga dan masyarakat,” ujar Faojin.
“Peran guru disini adalah sebagai penuntun
bagi siswa-siswinya agar apa yang menjadi pengharapan bersama bisa tercapai,” pungkasnya.(Munjiyat/Nba)