Semarang – Pagi itu, Ahad (16/4), lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Semarang tampak berbeda. Pasalnya, sejak pukul 7.00 digunakan praktik manasik haji bagi jemaah haji mandiri Kota Semarang tahun 1444 H/2023 M. Gema talbiyah dari peserta, tak henti-hentinya membahana menyejukkan kalbu.
Manasik kali ini merupakan kali keempat atau yang terakhir yang digagas oleh Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag setempat dan diikuti 174 peserta. Bertindak sebagai narasumber utama, KH Abdul Ghafur. Ia didampingi seluruh petugas haji Kloter Kota Semarang, baik yang berasal dari Kemenag (ketua Kloter dan pembimbing ibadah) dan dari tim kesehatan (dokter dan paramedis).
“Manasik pertama, secara teori, dimulai tanggal 8 April lalu. Praktik ini merupakan kegiatan terakhir yang kami selenggarakan bagi calhaj mandiri Kota Semarang. Kegiatan selanjutnya, sedang kami jadwalkan,” jelas Kasi PHU, Mawardi.
Lebih lanjut, Mawardi menerangkan jika manasik haji ini merupakan manasik tambahan yang diinisiasi satkernya bagi calhaj mandiri, mengingat manasik resmi baru bisa dilaksanakan selepas tanggal 5 Mei. Ia menandaskan kegiatan tersebut tak berbayar, sebagai bentuk bagian tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan kepada jemaah haji Kota Semarang.
Ia mengatakan, jemaah dibagi dalam 5 kelompok sesuai jumlah kloter di Kota Semarang. Kelompok 1 di bawah bimbingan Moch Fatkhuronji, kelompok 2 di bawah bimbingan Baedhowi, kelompok 3 di bawah bimbingan Choirul Anwar), kelompok 4 di bawah bimbingan Agus Supriadi, dan kelompok 5 di bawah bimbingan Iswatun Khasanah.
Dengan dipandu Ketua Kloter, Amhal Kaefahmi, Sunar, dan Ricky, para jemaah tak henti-hentinya melantunkan bacaan talbiyah sembari melaksanakan praktik manasik haji.
Di dalam kelompok masing-masing, para pembimbing ibadah menjelaskan secara terperinci amalan yang harus dikerjakan dan yang harus dibaca selama prosesi haji dan umrah. Saat “Wukuf di Arofah pun dikumandangkan azan oleh Pak Sunar dan khotbah wukuf oleh Bapak Baedhowi. Jemaah diberikan gambaran dan praktik secara riil ketika mereka nanti menjalankan ibadah haji dan umrah,” tegas KH. Abdul Ghafur.
Kendati dalam kondisi berpuasa, jamaah tetap semangat dan gembira, bahkan selalu bertanya bila ada sesuatu hal yang belum dipahami. Selama prosesi, para petugas kesehatan selalu memantau kondisi jemaah untuk memastikan kondisinya aman dan sehat.
“Kami sampai merinding mendengar lantunan talbiyah ini. Membayangkan saat di Makkah dan Armuzna (Arofah, Muzdalifah, dan Mina) nanti,” ungkap Amhal Kaefahmi, salah seorang Ketua Kloter.
“Kami juga semangat memberikan pembimbingan, mereka (para jamaah) sangat antusias mengikuti manasik,” imbuh Moch Fatkhuronji, salah satu pembimbing ibadah.
Saat evaluasi dan reflekssi kegiatan manasik haji ini, Kasi PHU, Mawardi mengatakan, sukses penyelenggaraan dan penyelenggaraan yang suksees. Artinya, kegiatan berjalan sesuai rencana dan didukung oleh semua pihak, serta jemaah nampak puas.(Amhal Kaefahmi)